Kamis, 03 Desember 2009

Bangkitlah Pariwisata Indonesia

Berdasarkan hasil survey World Economic Forum 2009, Indonesia menempati posisi 81 dari 133 negara di dunia dalam daya saing pariwisata. Indeks daya saing kepariwisataan itu dinilai dari kerangka regulasi, infrastuktur dan bisnis, serta SDM, budaya, dan alam. Tiga indeks itu kemudian terbagi dalam 14 subindeks yang dinilai. Peringkat itu jauh dibawah peringkat negara-negara Asia Tenggara lainnya, lihat saja Singapura (10), Malaysia (32), Thailand (39), bahkan Brunei Darussalam (69), dan Indonesia hanya unggul tipis dari Filipina (86) dan Vietnam (89). Padahal sebagaimana kita ketahui sendiri Indonesia memiliki beragam objek wisata mulai dari alamnya (mulai dari pantai sampai gunung), ecotourism, wisata belanja, heritage, budaya dan kesenian yang beragam dan menarik. Dan kesemuanya itu jauh lebih unggul apabila kita bandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Hal itu bisa dilihat pada peringkat Indonesia yang berhasil menempati posisi 10 besar dalam prioritas pariwisata.




Saya telah mengunjungi Malaysia dan Thailand, dan kebetulan saya juga sempat melakukan riset tentang strategi pemasaran pariwisata Malaysia. Dari segi penawaran wisata-nya, kalau boleh jujur Indonesia sebenarnya bisa berbangga karena Indonesia memiliki banyak alternatif wisata yang sebenarnya bisa ditawarkan. Malaysia hanya menawarkan wisata yang sebenernya di Indonesia tempat wisata itu sangatlah biasa, kurang menarik, dan bahkan terkesan sengaja dipaksakan menjadi objek wisata. Begitu juga dengan Thailand, walaupun tawaran pariwisata di negeri gajah putih ini cukup menarik tetapi menurut saya Indonesia bisa jauh lebih unggul apabila kita serius melakukan pembenahan. Bangkok tidaklah semodern Jakarta ataupun Kuala Lumpur tetapi mereka mampu menyedot jutaan wisatawan untuk mampir ke ibukota negeri gajah putih ini, hal yang tidak bisa dilakukan oleh ibukota Indonesia, Jakarta. Thailand mampu memelihara keunikan kota mereka dari aspek bangunan bersejarah, begitupun Kuala Lumpur, kedua kota itu berhasil mempertahankan heritage mereka untuk ditawarkan kepada wisatawan, hal yang tidak dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Liat saja bangunan-bangunan bersejarah di Jakarta ataupun kota-kota lainnya di Indonesia, kondisinya sangat mengkhawatirkan.



Malaysia adalah negeri yang serius membangun pariwisatanya dan hal itu terbukti berhasil saat ini. Walaupun pariwisata yang ditawarkan sebenarnya biasa saja namun mereka berhasil melakukan strategi pemasaran yang sangat bagus. Lihat saja kekonsitenan mereka dalam membuat branding pariwisata mereka setiap tahunnya, dan tidak heran jutaan wisatawan mampu didatangkan oleh negeri Jiran tersebut atas usaha promosi mereka. Malaysia adalah salah satu negara yang berani mengambil kebijakan serius dan beresiko. Negeri ini berani mengeluarkan APBN yang begitu besar untuk membangun infrastruktur guna menunjang pariwisata di negeri tersebut. Pembangunan infrastuktur mulai digalakkan pada tahun 1997 ditengah-tengah hempasan krisis ekonomi Asia. Namun mereka berani mengambil resiko dan terus menggalakkan pembangunan dan akhirnya saat ini Malaysia memiliki infrastruktur yang sangat bagus. Sebagai contohnya sistem transportasi mereka mulai dari bis maupun monorail bisa berjalan dengan baik akibat ditunjang oleh baiknya infrastruktur lainnya seperti jalan ataupun Highway. Saya melakukan perjalanan dari Thailand ke Malaysia melalui perjalanan darat yakni melalui kereta api dan bis. Dari Thailand ke Butterworth Penang Malaysia saya lalui dengan kereta api, dan dari Butterworth ke Kuala Lumpur saya lalui melalui bis. Selama perjalanan dari Penang ke Kuala Lumpur saya terkesima akibat bagusnya infrastruktur jalan tol mereka, mulus dan sangat panjang, saya perhatikan cabang-cabang jalan tol itu, ada yang mengarahkan ke Malacca, Johor, Selangor dan itu menandakan integrasi jalan tol sangat baik. Baiknya infrastruktur yang dimiliki oleh Malaysia merupakan nilai penting bagi pariwisata mereka. Infrastruktur yang baik akan menunjuang terus berkembangnya pariwisata karena aksestibilitasnya yang besar dan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi daerah objek wisata. Salah satu tokoh pariwisata mereka mengatakan bahwa infrastruktur ibaratnya cabang sebuah pohon, apabila sudah ada cabang yang berhasil tumbuh maka dari cabang tersebut akan tumbuh cabang-cabang yang lainnya. Maka apabila sudah ada jalan tol yang panjang maka dari jalan tol yang panjang itu akan bisa kita buat cabang-cabang jalan lainnya, dan disekitarnya akan terbangun suatu pembangunan secara otomatis karena adanya akses. Oleh sebab itu, Indonesia harus berani membangun mega proyek untuk menghubungkan kawasan-kawasan yang ada di Indonesia semisal Trans Sumatera (Banda Aceh-Lampung), Trans Jawa-Bali (Banten-Bali), Trans Kalimantan, Trans Sulawesi, ataupun Trans Papua, ataupun pembangunan bandara maupun pelabuhan.



Indonesia terbilang unggul dari sisi kompetitivitas harga dalam industri pariwisata, itu sebenarnya sudah menjadi nilai tambah bagi perkembangan pariwisata di kedepannya. Namun hal yang paling disayangkan Indonesia menempati urutan 130 dari soal lingkungan yang berkelanjutan. Hal tersebut yang perlu menjadi perhatian pemerintah Indonesia agar segera memperbaikinya. Secara keseluruhan Indonesia dinilai kurang baik dari sisi kerangka regulasi mulai dari peraturan dan kebijakan akibat tumpang tindihnya birokrasi di Indonesia, lingkungan, keamanan dan keselamatan, serta kebersihan dan kesehatan. Hal tersebut harus segera dicari solusinya oleh pemerintah Indonesia demi kemajuan pariwisata nasional. Pariwisata adalah bidang yang secara ekonomi bisa memberikan pemasukan yang besar dan dari segi politik pencitraan sangat bermanfaat bagi suatu negara. Tidak heran hingga saat ini pemasukan pariwisata Malaysia merupakan terbesar kedua bagi pemasukan negara Malaysia. Hal itu menjadi bukti bahwa pariwisata merupakan alternatif pemasukan devisa negara terbesar apabila digarap dengan serius oleh pemerintahnya. Semoga pariwisata Indonesia bisa segera berbenah. Jayalah Indonesiaku. Sukseskan Visit Indonesia 2009.

Tidak ada komentar: