SEA Games ke-25 Laos resmi ditutup Jumat (18/12) malam lalu dan Thailand resmi keluar sebagai juara umum. Indonesia kembali gagal tampil sebagai yang terbaik di region Asia Tenggara ini dimana negeri tercinta hanya mampu menduduki posisi ketiga di bawah Thailand dan Vietnam yang menjadi runner-up. Walaupun posisi Indonesia membaik dibandingkan SEA Games ke-24 di Thailand 2 tahun lalu, namun hasil tersebut belum cukup menggambarkan bahwa olahraga prestasi nasional telah membaik. Justru yang terjadi adalah kebalikannya, bagaimana nasib olahraga Indonesia di ke depannya?
Indonesia hanya mengumpulkan 43 emas, 53 perak, dan 74 perunggu. Perolehan medali tersebut jauh dibawah Thailand (86 emas) dan Vietnam (83) yang terpaut sampai 40 medali emas, dua kali lipat dari perolehan medali emas yang kita miliki. Belum selesai sampai disitu, perolehan medali kita hanya unggul tipis dari Malaysia (40 medali emas) dan Filipina (38 medali emas). Itu cuma dari segi perolehan medali saja. Kemudian coba kita liat dari cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan, disitu kita akan melihat betapa fondasi olahraga Indonesia masih sangat rapuh dan tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Liat saja cabang olahraga sepakbola yang memiliki supporter paling fanatik di negeri ini dan mendapatkan perilaku istimewa dari PSSI dengan dikirimnya mereka latihan sampai ke Uruguay dengan menelan biaya yang sangat besar, namun hasilnya? NOL BESAR, Tim sepak bola Indonesia dipercundangi tim lemah Laos “dua” gol tanpa balas, dan yang lebih memalukan lagi Merah Putih harus tersingkir di penyisihan group. Bukan cuma sepak bola saja, di cabang tenis meja dan tinju, Indonesia belum bisa berbicara banyak karena sama sekali tidak mendapatkan satu keping medali emas pun. Padahal seperti yang kita ketahui, pada tahun 1990-an Indonesia pernah mendominasi di dua cabang olahraga tersebut. Yang cukup mengkhawatirkan adalah dari cabang bulutangkis dan pencak silat. Pada cabang bulutangkis, walaupun atlet-atlet putra kita masih mendominasi namun pada atlet putri justru terjadi sebaliknya, Indonesia harus rela dipermalukan Malaysia, bahkan Thailand yang selama ini bukan menjadi pesaing berat di cabang bulutangkis bisa mengalahkan Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa superioritas kita di cabang ini sudah memudar. Untuk cabang pencak silat, dimana seharusnya menjadi lumbung emas Indonesia, namun yang terjadi adalah Vietnam berhasil mengambil alih superioritas pencak silat dari Indonesia.
Dari gambaran diatas kemudian muncul suatu pertanyaan, apa yang salah sebenarnya pada olahraga Indonesia? Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terbanyak dan merupakan negara terbesar di Asia Tenggara. Seharusnya tidak sulit mencari bibit-bibit unggul untuk atlet-atlet masa depan Indonesia mengingat melimpahnya SDM yang dimiliki oleh tanah air. Mengapa disaat negara-negara Asia Tenggara lainnya mulai memperlihatkan kemajuan olahraganya, namun yang terjadi di Indonesia adalah sebaliknya? Apa yang salah?
Kegagalan di SEA Games Laos memang lebih disebabkan karena belum mampunya Indonesia membenahi tiga cabang olahraga yang menjadi lumbung emas, yakni akuatik, atletik, dan menembak. Namun alasan mendasar bukan terletak pada belum mampunya Indonesia mendominasi tiga cabang olahraga itu tetapi mengapa Indonesia belum bisa membenahinya? Kalau dari segi SDM tidak mungkin, karena Indonesia punya banyak bibit unggul diluar sana, kalau pemerintah serius untuk menjaring bibit unggul pasti kita bisa memiliki atlet-atlet handal. Dan tentunya hal itu tidak sebegitu mudah kalau pemerintah belum bisa memperbaiki manajemen dan regenerasi atlet. Selama ini manajemen atlet sangat buruk, fasilitas tidak memadai, pesangon dan masa depan suram, ditambah model regenerasi yang lambat. Hal itulah yang perlu kita cari jalan keluarnya, bagaimana pemerintah harus bisa menjaring bibit unggul sebanyak-banyaknya dan melatih mereka, dan tentunya menjamin kesejahteraan para atlet. Pemerintah jangan beralasan lagi tidak memiliki dana, karena sebenarnya bisa memberdayakan swasta untuk membantu pemerintah, tergantung bagaimana pemerintah bisa mengajak swasta untuk bekerja sama. Indonesia seharusnya bisa mencontoh Vietnam, dari negeri yang tidak diunggulkan di era 1990-an namun saat ini menjadi kekuatan superior baru di kawasan. Vietnam berhasil karena seriusnya pemerintah Vietnam melakukan pembenahan dan peningkatan olahraga di negerinya. Indonesia harus segera bangkit dari keterpurukan, sebagai negara terbesar dari segi jumlah penduduk dan wilayah serta ekonomi (Indonesia adalah satu-satunya negara anggota G20 dari kawasan Asia Tenggara) harus menunjukkan superioritasnya di kawasan, tidak hanya secara politik dan ekonomi, namun dari soft-powernya yakni olahraga sehingga kekuatan Indonesia di kawasan maupun pada level internasional tetap disegani dan diperhitungkan. Bangkitlah Indonesiaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar