Belakangan ini aq makin ngerasa risih aja sama orang-orang yang mengaku dirinya gak “alay” dan memerangi kaum alay secara membabi buta, menjelek-jelekkan, menghina, mencaci maki seperti kaum alay layaknya seperti sampah haram. Ya aq nulis seperti ini bukan karena aq termasuk kaum alay, (bukan bermaksud membela) hahaha.. tapi aq risih aja liat status orang-orang di facebook, twitter, blog, maupun forum-forum seperti Kaskus yang menghina kaum alay secara kejam layaknya lagi melihat sampah menjijikkan di hadapannya, padahal jangan-jangan mereka yang ngomong seperti itu secara tidak disadari pernah melakukan tindakan alay (mungkin karena mereka ga sadar aja kali).
Saya menemukan status Facebook yang mengatakan, "kenapa facebook makin banyak alaynya sih, buang jauh-jauh mereka" dan puluhan orang mengklik "like". Selain itu kita juga bisa menemukan di sebuah thread di forum terbesar di Indonesia (salah satu), adanya aliansi pembasmi alay lengkap dengan ciri-ciri alay, seakan diberi label “wanted” dan bakal diberi hadiah ratusan juta kalau bisa menemukannya. Status twitter-pun makin beragam, “duh lagi di mall ni, banyak banget sih alay disini”. Tulisan di blog juga ga kalah parah, banyak tulisan yang mencibir kaum alay.
Definisi alay sebenernya masih mengambang, tapi secara umum banyak kelompok-kelompok anti alay mendefinisikan mereka ini kampungan (alay), bermuka endeso'(alay), narsis(alay), sok keren dengan wajah pas-pasan (alay), sok fashionable dengan uang pas-pasan (alay), gaul tapi rambut belah tengah (alay) dan sangat tidak pantas untuk bermain di mall (alay), bermain facebook pun tidak diterima(alay).
Aq ga tau kenapa dan atas dasar apa mereka sampe tega menghina kaum alay seperti itu, apakah mereka merasa terganggu, atau mereka merasa kaum borjouis dengan gaya high-class mereka yang selalu memandang rendah kaum proletar. Apapun alasan mereka, mereka sebenarnya gak berhak melakukan tindakan itu, toh selama ini aq rasa mereka ga mengganggu kita secara langsung kan, kalau emang ga suka dengan kehadiran mereka di facebook ya tinggal di remove aja dari friend, tuntas masalah tanpa harus menghina mereka seperti itu. Kalau emang ga suka kehadiran mereka di mall ya jangan maen ke mall lah, pergi aja ke tempat yang ga ada alay-nya, toh itu hak mereka mau kemana aja (kali aja mereka disitu emang buat belanja dan bukan seperti kalian yang hobbinya nongkrong di mall atau cuma windows shopping), emang itu mall punya nenek moyang lo.
Manusia itu diciptakan beragam teman, masing-masing punya kekurangan dan kelebihan, dan setiap manusia punya hak asasi dan itu juga harus dihargai. Kalau mereka nyaman berpakaian seperti itu, suka lagu seperti itu, atau kampungan, itu kan hak mereka, atas dasar apa kita melarang mereka kalau mereka nyaman dengan diri mereka. Tindakan seperti ini mengingatkan tragedi di Amerika terhadap masalah kulit berwarna, tapi toh saat ini mereka dipimpin oleh seorang presiden dengan kulit berwarna dan bahkan artis-artis kulit berwarnanya lebih ngetop dibandingkan dengan orang-orang yang dulu menganggap rendah orang-orang kulit berwarna (contohnya Oprah-artis kulit hitam yang paling sukses di Amerika).
Saran aku sih jangan terlalu merendahkan orang lain apalagi sampai menghina-nya, bisa kemakan omongan loh, jangan-jangan dia berusaha untuk tidak menjadi alay tapi secara tidak sadar dia terjerumus ke kelompok itu, misalnya ni yah, biar gak alay aku berusaha menggunakan produk-produk yang kaum alay ga bisa pakai, tapi karena ga cocok ya sama aja terlihat alay, membuang jauh-jauh lagu-lagu yang disukai kaum alay dengan mencoba menyukai lagu-lagu yang lagi trend yang sebenernya dia juga ga tau suka apa gak, karena berusaha untuk gak menjadi alay dia malah sok-sok’an menyukainya (sama aja menyiksa diri lo dan menjadikan dirimu alay tanpa lo sadari). Kalau kamu nyaman, kalau kamu suka kenapa gak? Toh emang kenapa kalau orang bilang lo alay? Lo malu? Emang bakal masuk neraka jahanam apa kalau dibilang alay? Oke, sebelum kamu menjudge seseorang jangan melihat dari cover-nya doang, tapi coba liat ke dalam-nya juga. Selain itu sebelum kamu mengomentari seseorang apa salahnya kalau kamu melihat dirimu kamu terlebih dahulu apakah sudah pantas mengomentari orang itu.
Fenomena politik internasional kembali terjadi, namun kali ini terjadi di kawasan Asia Pasifik dimana Australia melalui perdana menterinya, Kevin Rudd mencetuskan ide yang menginginkan terbentuknya sebuah lembaga semacam Uni Eropa di kawasan Asia Pasifik yang disebut Uni Asia Pasifik (APU) pada 2020.[1] Uni tersebut nantinya bertujuan untuk membentuk masyarakat Asia Pasiifik yang beranggotakan Australia, Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Cina, India, dan negara-negara kawasan Asia Pasifik lainnya. Untuk memuluskan idenya ini, PM Rudd sudah menunjuk Richard Woolcott, diplomat veteran Australia, sebagai utusan khusus guna melobi para pemimpin negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Woolcot adalah diplomat senior. Dia pernah bertugas sebagai Duta Besar Australia di Perserikatan Bangsa Bangsa.
Ide tersebut menjadi headline di berbagai media massa tidak hanya di Australia melainkan media internasional di Asia. Banyak yang mempertanyakan apa sebenarnya yang diinginkan Australia dalam pembentukan komunitas tersebut, karena ide tersebut dicetuskan secara mendadak oleh PM Rudd padahal masa jabatannya bisa dibilang masih baru di pemerintahan Australia. PM Rudd memang sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang fenomenal setelah ia terpilih sebagai PM Rudd 2007 silam, selain salah satunya juga keputusan Australia untuk meratifikasi protokol Kyoto, ide pembentukan Asian Pasific Union ini juga terbilang fenomenal.
Untuk itu dalam tulisan ini akan dibahas mengapa Australia mencetuskan ide pembentukan Asian Pasific Union atau Asian Pasific Community tersebut? Apa kepentingan Australia dalam terbentuknya komunitas tersebut? Tulisan ini akan berangkat dari teori mengenai leadership yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara yakni “Teori Personal Leader (Margareth G. Hermann)”.
Austalia Mencetuskan Ide Pembentukan Asia Pasicif Union
Australia adalah negara kekuatan menengah di Asia Pasifik yang sering melontarkan gagasan kerja sama multilateral di kawasan. Pada 1960-an Australia melontarkan gagasan Pacific Economic Cooperation Conference (PECC) dan pada akhir 1980-an, Australia pula yang melontarkan gagasan pembentukan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) yang dibentuk pada 1989. Australia melalui PM Rudd pertengahan tahun 2008 lalu mengemukakan gagasan baru untuk membentuk suatu komunitas bersatu di Kawasan Asia Pasifik yang akan terbentuk pada tahun 2020. Gagasan terbaru yang dijual PM Rudd itu menunjukkan betapa ia ingin agar Australia tercatat kembali sebagai negara pelontar gagasan kerja sama ekonomi, politik, dan keamanan di Asia Pasifik
Gagasan PM Rudd mengenai Asia Pasifik Community atau Asia Pasifik Union yang mirip Uni Eropa dilontarkannya di depan Asia Society Australia di Sydney, Rabu, 4 Juni 2008.[2] Ide itu kembali ditekankan oleh KTT ASEAN ke-15 di Hua Hin, Thailand Oktober 2009 dan menjelang KTT APEC di Singapura November 2009. Komunitas Asia Pasifik diharapkan bukan hanya dapat mendorong kerja sama dan aksi dalam menghadapi isu-isu ekonomi, politik, dan keamanan, melainkan juga dapat mengembangkan apa yang disebutnya sebagai genuine and comprehensive sense of community. Diharapkan, komunitas itu menjadi arsitektur keamanan baru yang dapat mencegah terjadinya konflik kepentingan terkait dengan ekonomi, politik, dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Di mata PM Rudd, belum ada mekanisme regional yang mampu mencapai tujuan-tujuan yang disebutnya tersebut.
Gagasan tersebut memang mirip dengan apa yang terjadi di Atlantik Utara ketika beberapa negara Eropa Barat membangun Komunitas Keamanan Pluralistik melalui Treaty of Rome, 1957. Dari awalnya hanya sebagai komunitas yang mengatur penjualan batu bara dan biji besi kemudian berkembang menjadi Masyarakat Ekonomi Eropa, Masyarakat Eropa, Pasar Tunggal Eropa, dan kemudian menjadi Uni Eropa. Sebagai akibat perang atau konflik kepentingan yang datang silih berganti selama beberapa abad di mandala Eropa, negara-negara di kawasan itu amat gandrung dengan upaya untuk meniadakan perang dan menciptakan suatu sense of community agar tercipta apa yang disebut oleh Karl Deutsch sebagai dependable expectation of peaceful change yang bermuara pada terciptanya durable peace, stability and prosperity in the region.[3]
Menurut "The Australian" mengutip pernyataan PM Rudd, kesepakatan perdagangan bebas akan tercakup dalam APU. Lembaga ini pun akan memberikan ruang kerja sama bagi masalah-masalah penting global seperti terorisme dan keamanan energi jangka panjang.[4] Menurut Rudd, aliansi yang akan diwujudkan tahun 2020 itu, akan menjadi wadah dialog, kerja sama dan aksi ekonomi dan politik guna menghadapi tantangan masa depan regional, yang berkaitan dengan isu-isu keamanan. Untuk itu, Perdana Menteri Australia ini menginginkan Uni Asia Pasifik berbentuk serupa dengan aliansi keamanan Uni Eropa. Badan tersebut juga akan ditopang lima negara pilar yaitu Amerika, Jepang, China, India, Indonesia, dan Australia.
Usulan pembentukan suatu kelompok masyarakat Asia-Pasifik itu nantinya tidaklah meniru model Uni Eropa, melainkan kelompok ini tidak akan memiliki satu mata uang yang sama sebagaimana Uni Eropa. Walaupun beberapa kalangan menyambut positif ide PM Rudd, namun berbagai kritikan pun juga mengalir. Di antaranya dari dua mantan perdana menteri Australia, Paul Keating dan Bob Hawke. Kedua pentolan Partai Buruh menyatakan bahwa gagasan itu tidak realistik dan tidak layak diterapkan di Asia. Menurut Bob Hawke yang juga seorang pelopor berdirinya forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), kawasan Asia belum membutuhkannya. Adapun Keating menganggap kelompok itu justru akan mengancam kedaulatan Cina.[5]
Analisa Terciptanya Kebijakan Luar Negeri Australia Tentang Pembentukan Asian Pasific Union Pada Tahun 2020
Salah satu aktor paling penting dalam pencetusan ide pembentukan Asian Pasific Union tersebut adalah sang perdana menteri yakni Kevin Rudd. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa semenjak Rudd memegang tampuk kekuasaan di Australia, ia selalu mengeluarkan kebijakan yang terbilang fenomenal dan menjadi perhatian tidak hanya publik domestik Australia melainkan juga masyarakat internasional. Ide pembentukan komunitas Asia Pasifik tersebut menjadi sorotan publik karena Australia secara mendadak mengumumkan perihal ide-nya tersebut dan banyak kalangan yang mempertanyakan mengapa Australia bisa mencetuskan ide sebesar itu secara tiba-tiba. Jawaban yang mungkin bisa menjawab pertanyaan berbagai kalangan tersebut adalah berada di dalam diri sang perdana menteri.
Berdasarkan “Teori Personal Leader” yang dicetuskan oleh Margareth Hermann dimana ia memaparkan kontribusi karakteristik dan orientasi personal yang mempengaruhi perilaku atau respon seorang pemimpin politik terhadap lingkungannya. Orientasi personal tersebut ditransformasikan menjadi orientasi umum kebijakan luar negeri mereka. Hermann mendeskripsikan dua karakteristik utama pemimpin politik dalam hubungan internasional yaitu agresif dan konsiliatoris. Agresif cenderung untuk terlibat dalam perang atau konflik, peningkatan kapasitas militer, kebutuhan terhadap power tinggi, memiliki trust yang rendah terhadap pihak lain, dan nasionalis. Sebaliknya, konsiliatoris cenderung untuk terlibat aktif dalam perjanjian internasional, kebutuhan terhadap afiliasi tinggi serta memiliki trust yang tinggi terhadap pihak lain, dan kurang nasionalis.
Sejak diangkat sebagai perdana menteri (PM) ke-26 Australia pada 3 Desember 2007 lalu, Kevin Rudd telah mengecap identitasnya pada jabatan pemimpin negara. Rudd memiliki kepribadian yang lincah dalam pergaulannya serta bersikap terbuka dan tidak pretensius. Rudd juga dikenal suka bercanda, berpakaian santai, dan mudah diajak bicara. Secara pribadi, orientasi Rudd lebih senang berada di Asia. Setelah belajar bahasa dan budaya Tiongkok di universitas, Rudd pernah tinggal lama di Beijing, baik sebagai diplomat maupun konsultan bisnis. Hasilnya, dia fasih berbahasa Mandarin dan giat mempromosikan pembelajaran bahasa-bahasa Asia bagi siswa Australia. Gaya politis Rudd juga mencerminkan pendekatan baru pada pergulatan politik sehari-hari.
Kevin Rudd merupakan mantan birokrat dan diplomat kawakan, bukan tipikal pemimpin Partai Buruh tradisional yang datang dari latar belakang serikat buruh. Sebagai diplomat, Rudd pernah bertugas di Stockholm (Swedia) dan Beijing (China) yang membuatnya fasih berbahasa Mandarin.
Seperti dilansir AFP, pandangan politik Rudd yang kekiri-kirian terbentuk ketika ia berada di usia 11 tahun dimana ia terpaksa harus tidur di mobil. Rudd kecil berpikir tentang keadilan sosial karena keluarganya terusir dari tanah pertanian mereka di Queensland tak lama setelah kematian ayahnya.[6]
Pandangannya tentang keadilan sosial itu mendorongnya untuk maju menjadi anggota parlemen Australia melalui Partai Buruh. Tahun 1998, pada usahanya yang kedua, barulah Rudd bisa duduk di Parlemen Australia. Meski dari Partai Buruh, kebijakan ekonomi ayah 3 anak ini dinilai akan konservatif, bahkan lebih konservatif dari John Howard yang dari Partai Konservatif. Rudd mengaku seorang ‘konservatif fiskal’. Namun kebijakan ekonomi ini tidak menjadi pusat perhatian utama bagi rakyat Australia. Rakyat Australia saat ini lebih membutuhkan pembaharuan sikap politik dan berbagai kebijakan terkait lingkungan hidup dan akses internet broadband. Namun seorang Rudd tetap tak sempurna. Rudd sering dinilai kritis terhadap media massa. Kepercayaan dirinya yang tinggi seringkali menjadi bumerang bagi dirinya.
Di sisi lain kepercayaan diri yang tinggi itu juga membuatnya terlihat mumpuni di jajaran pemimpin dunia. Dan itu telah dibuktikannya dalam pertemuan pemimpin Asia-Pasifik di Sydney Oktober 2007 lalu, Rudd mampu bercakap-cakap dalam Bahasa Mandarin dengan Presiden Cina Hu Jintao.[7]
Sejak berada dalam kendali politik pemerintahan Partai Buruh pimpinan Kevin Rudd, Australia mulai kembali menggulirkan berbagai inisiatif non-militer, dan mulai merevisi beberapa kebijakan politik luar negerinya yang cenderung “mengekor” apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang cenderung agresif dan militeristik.
Dari segi kebijakan luar negeri yang ia keluarkan, Pertama, Kevin Rudd terlihat lebih ramah terhadap Asia mengingat latar belakang pendidikannya pada Pusat Studi Asia di Universitas Nasional Australia (ANU) dan keahliannya dalam berbahasa Mandarin. Bahkan menantunya pun seorang berdarah Asia. Kedua, Kevin Rudd langsung mengunjungi Konferensi Perubahan Iklim di Bali dan segera terlibat dalam penandatanganan Protokol Kyoto yang selama ini enggan dilakukan negaranya. Ketiga, isu-isu yang diangkat dalam materi kampananye 'kepemimpinan baru' menjanjikan hubungan internasional yang lebih adil dan menguntungkan. Dan ketika Rudd masih menjadi pemimpin Partai Buruh, beliau sudah mengungkapkan foreign policy blue print. Disebutkan salah satu isinya adalah bahwa Rudd tampaknya akan lebih fokus kepada Asia dibandingkan dengan benua-benua lainnya.
Dari gambaran karakteristik personal yang dimiliki oleh sang perdana menteri, bisa dilihat bahwa dengan latar belakang diplomat dan afiliasi Partai Buruh yang mendukungnya, kebijakan Rudd sangat berorientasi ke Asia. Rudd bisa digolongkan sebagai pemimpin yang konsiliatoris apabila dilihat dari berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkannya selama menjabat sebagai perdana menteri Australia. Dari situ bisa dianalisa bahwa Rudd memiliki kecenderungan memiliki karakter personal yang lebih menitik-beratkan pada perjanjian dan kerjasama internasional serta afiliasi dengan pihak atau negara lain. Sehingga dengan demikian tidak mengherankan kemudian melalui kepemimpinan Kevin Rudd, Australia kemudian mengeluarkan ide ataupun gagasan besar mengenai desakan untuk membentuk suatu komunitas bersatu di Asia pasifik.
Selain itu dalam kebijakan luar negeri Australia, pemerintahan partai buruh mendasarkannya pada tiga pilar, yakni kemitraannya dengan Amerika Serikat, hubungannya dengan PBB, dan keterlibatan komprehensifnya dengan Asia. Berarti dapat di analisa kemudian mengapa Australia mengeluarkan kebijakan tersebut adalah lebih dipengaruhi oleh faktor karakteristik personal yang dimiliki oleh Kevin Rudd dan partai buruhnya yang dinilai memiliki ambisi yang cukup kuat untuk menjadikan Australia sebagai inisiator gagasan di Asia Pasifik seperti yang pernah dilakukan Australia ketika mengusulkan APEC. Sebagaimana yang tertuang dalam ketiga pilar kebijakan luar negeri dibawah pemerintahan partai buruh tersebut fokus utama adalah kemitraannya dengan Amerika Serikat dan orientasi ke Asia. Dengan demikian ide atau gagasan pembentukan komunitas Asia Pasifik tersebut sesuai dua pilar utama kebijakan luar negeri Australia yakni kemitraan dengan AS dan orientasi ke Asia karena nantinya komunitas tersebut juga akan juga melibatkan Amerika Serikat didalamnya dan Asia secara utuh.
Analisa Kepentingan Australia Bagi Terbentuknya Asia Pasific Community atau Asia Pasific Union.
Salah satu penjelasan yang dapat menggambarkan perilaku negara salah satunya dapat difokuskan pada lingkungan internasional. Hans Morgenthau menyatakan bahwa setiap negara pada dasarnya memiliki hubungan dengan lingkungan internasional yang menjadi suatu penegasan atas national interest negara tersebut. Dan kebijakan luar negeri sangat ditentukan oleh kondisi internasional[8]. Dengan demikian lingkungan internasional yang terjadi bisa menjadi suatu penegasan atas national interest suatu negara.
Paling tidak ada empat tujuan politik luar negeri yang ingin diraih Australia melalui gagasan pembentukan komunitas tersebut. Pertama, terciptanya Australia yang lebih aman. Kedua, terciptanya suatu lingkungan strategis di Asia Pasifik dan dunia yang lebih aman. Ketiga, terciptanya suatu masyarakat Asia Pasifik yang lebih sejahtera. Keempat, terciptanya suatu dunia yang lebih baik.
Dua kemungkinan yang mungkin terjadi ialah pertama, munculnya China dan India sebagai dua kekuatan besar Asia akan menantang adi daya Amerika Serikat dan tentunya mencemaskan negara-negara lebih kecil di Asia yang selama ini menganggap Amerika Serikat sebagai negara adi daya yang ramah. Dengan demikian, Australia yang merupakan sekutu terdekat dengan Amerika Serikat berupaya melindungi hegemoni Amerika Serikat di dunia dengan berupaya memperlebar akses pengaruh Amerika Serikat di Asia dan Pasifik melalui ide pembentukan komunitas tersebut. Meski China menerapkan economy-first diplomacy terhadap Jepang khususnya dan kepada Taiwan serta negara-negara di kawasan, kekuatan ekonomi China yang memungkinkannya membangun kapabilitas pertahanan yang kuat pada 2020 memang amat mencemaskan negara-negara di kawasan Asia Timur Laut, Asia Tenggara, dan juga Australia. Australia melihat kemajuan modernisasi militer Cina sangat mengancam keamanan nasional Australia sehingga Australia berupaya sebisa mungkin untuk merangkul negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk bekerja sama demi melindungi keamanan nasional Australia dengan cara pembentukan komunitas tersebut. Keuntungan jangka panjang apabila komunitas tersebut berhasil dibentuk adalah berkurangnya ancaman langsung dari negara-negara besar seperti Cina pada Australia.
Kedua, dalam arti positif, China dan India akan bertindak sebagai dinamo-dinamo ekonomi baru yang memberikan keuntungan bagi kawasan Asia bahkan jika kehadiran ekonomi Amerika Serikat di kawasan semakin menurun. Australia yang sangat tidak diuntungkan secara geografis karena terkucilkan dari kerjasama regional akan bisa memanfaatkan Asia Pasifik sebagai region untuk mengintensifkan kerjasama. Sebagai catatan, perdagangan di Asia Pasifik mencapai 50% dari perdagangan seluruh dunia. Australia yang merupakan negara yang mengandalkan perdagangan bagi pemasukan dalam negerinya melihat potensi besar yang berada di kawasan Asia Pasifik bagi ekonomi Australia. Dengan demikian, apabila ide pembentukan komunitas Asia Pasifik berhasil direalisasikan, Australia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar secara ekonomi dengan mendapatkan akses pasar ke Asia dan Pasifik, serta mendapatkan keuntungan dari booming kemajuan ekonomi India dan Cina. Australia akan dapat mudah masuk ke ASEAN, Asia Timur, serta Asia Selatan (khususnya India) dan Pasifik sekaligus.
Analisa selanjutnya yang bisa dilihat adalah trend yang terjadi di dunia internasional dengan pembentukan blok-blok kerjasama per regional, sebut saja UE, ASEAN yang berencana membentuk Komunitas ASEAN, ASEAN+3, NAFTA, Amerika Tengah dan Amerika Latin juga sudah mencetuskan ide tersebut. Trend kerjasama regional akan merugikan negara-negara non anggota. Dengan demikian, Australia yang tidak bergabung di regional manapun merasa terancam apabila Australia tidak cepat ikut masuk ke dalam salah satu regional dan regional yang paling logis untuk bisa Australia ikut bergabung adalah Asia Pasifik.
Secara geopolitik, Australia ingin lebih memainkan peran aktif di kawasan dan ikut menjadi pemimpin baru di kawasan. Saat ini sejumlah negara kuat di dunia sedang berlomba meraih supremasi di Samudera India karena perannya yang semakin penting sebagai jalur pengapalan bahan bakar dari Timur Tengah ke Asia. Sehingga dengan demikian tidak mengherankan Australia mencoba ikut aktif dan berupaya menebar pengaruhnya apabila komunitas Asia Pasifik berhasil dibentuk.
KESIMPULAN
Australia kembali mengeluarkan kebijakan fenomenal setelah negara kangguru tersebut dipimpin oleh partai Buruh dibawah kepemimpinan Kevin Rudd. Setelah negara itu memutuskan untuk menarik pasukan Australia dari Irak, setuju menandatangani protokol Kyoto, dan pertengahan Juni 2008 Kevin Rudd mengeluarkan ide pembentukan suatu komunitas bersatu di Asia Pasific dengan nama Asian Pasific Union.
Aktor kunci keluarnya kebijakan luar negeri Australia untuk pembentukan komunitas tersebut berada di pundak sang perdana menteri, Kevin Rudd. Sebagai seorang pemimpin yang konsoliatoris dan memusatkan kebijakan luar negeri pada tiga pilar utama dan dua diantaranya adalah kemitraan dengan Amerika Serikat dan orientasi ke Asia tidak mengherankan selanjutnya Kevin Rudd mencetuskan ide pembentukan komunitas tersebut.
Dalam ide pembentukan komunitas Asia Pasifik bersatu tersebut tersirat beberapa kepentingan yang kemudian bisa di analisa. Pertama, sebagai respon munculnya kekuatan baru di dunia yang berada di Asia yakni Cina dan India yang bisa menjadi ancaman sekaligus keuntungan bagi Australia. Sehingga agar tidak menjadi ancaman, Australia berupaya merangkul negara-negara di Asia untuk berkerjasama demi melindungi keamanan nasionalnya dan tidak lupa mengikutsertakan peran Amerika Serikat didalamnya. Kedua, potensi ekonomi yang sangat besar yang berada di Asia Pasifik dengan total perdagangannya merupakan 50% total perdagangan dunia. Dan terakhir adalah terkait ambisi Australia yang ingin menjadi pemimpin baru di Asia Pasifik.
DAFTAR REFERENSI
Buku
Australia Regional Security, North Sydney, Allen and Unvin Pty.Ltd, 1991
Different Societies, Shared Futures: Australia, Indonesia, and The Region, Singapore, Insitute of Southeast Asian Studies, 2006
Emy, Hugh V, Australia Politics: Realities in Conflict, Melbourne, Mc Milan Education.Ltd, 1991
Evan, Gareth, Australia Foreign Relations: In The World of The 1990s, Melbourne, Melbourne University Press, 1993
Hamid, Zulkifli, Sistem Politik Australia, Bandung. LIP Fisip UI dan PT, Remaja Rosdakarya, 1999.
Jaensch, Dean, The Politics of Australia, Melbourne, Macmillan Education Australia Pty Ltd, 1992
Smith, Rodney. Politics in Australia, St. Leonards Allen & Unwin Pty Ltd, 1993
Jurnal
Wilmar Salim and Kiran Sagoo, Sustaining a Resilient Asia Pacific Community, 2008, NewCastle, UK, Cambridge Scholars Publishing
[3] Dikutip dari Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti, Peneliti Senior di Pusat Penelitian Politik LIPI, Jakarta. Kevin Rudd Datang Menjual Gagasan. Asosiasi Ilmu Politik Indonesia.
Diunduh dari http://aipi.wordpress.com/2008/07/15/pm-kevin-rudd-datang-jual-gagasan/
[4] Dikutip dari Antara News edisi kamis, 5 Juni 2008.
Fariz adalah orang yang simple, ramah, baek pastinya, suka punya banyak temen, gak suka nunggu, gak suka ama orang pembohong, paling males kalo disuruh nunggu lama (jadi kalo ada janji kalian harus ontime yach!!!), moodnya suka gonta ganti dengan cepatnya (kadang bisa lg seneng banget tp tiba2 bisa langsung bete), kalo orang ngeliat pertama kali pasti aq dikira sombong padalah gak sama skali lho, aq cuma pemalu ajah kalo baru kenal ma orang, hohohohooho...
Aq punya 1 orang kakak dan 2 orang adik, kita ber-4 cowok smua (jadi sering ribut ga jelas, hohoho)...
Latar belakang pendidikan: TK Negeri Pembina I Medan, SD Negeri 101786 Medan, SMP Negeri 1 Labuhan Deli, SMA Negeri 3 Medan, Hubungan Internasional UGM Yogyakarta..
That's All about Me...